JOANES MARIA VIANNEY (JOHANNES MARIA VIANNEY) – Pastor Suci dari Ars

Posted by Lances On Monday, March 1, 2010 0 comments
Di Dardilly, di sebuah desa di tanah Perancis – letaknya tak berjauhan dengan kota Lyon – diamlah suatu keluarga petani Pierre Vianney; isterinya bernama Marie Charavay.
Pada tahun 1786 – yaitu tiga tahun sebelum revolusi Perancis (1789) – pada tanggal 8 Mei, lahirlah dari keluarga Vianney itu seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Jean Marie Baptiste. Berkat asuhan sang ayah dan ibu, anak itu menjadi besar, sampai datang kepada usianya untuk masuk sekolah.
Tetapi setelah datang waktunya bersekolah, maka Vianney yang masih kecil itu tak dapat bersekolah oleh karena waktu itu adalah waktu revolusi; dengan kata lain : waktu perang. Maksud untuk menyekolahkan Vianney kecil itu terpaksa tertangguh beberapa tahun. Apakah akibatnya? Vianney itu baru mendapat kesempatan untuk bersekolah ketika umurnya sudah sembilan tahun. Ia mengikuti pelajaran pada sekolah yang letaknya jauh dari tempat kediaman orang tuanya. Oleh karena jauhnya, maka ia memondok di rumah bibi Marguerita.

Vianney adalah seorang murid yang rajin dan giat belajar. Ia selalu dipuji oleh gurunya karena rajinnya dan perhatiannya kepada pelajaran, terlebih pelajaran Katekismus. Tingkah lakunya tak dapat dicela. Bukan saja di sekolah ia menunjukkan adat kebiasannya yang baik, tetapi di segala tempat pun ia tetap melaksanakannya. Di rumah bibinya ia selalu bekerja, menolong pekerjaan di rumah dengan rajin dan kerap kali ia berkorban banyak dengan jalan berpuasa atau melawan nafsunya atau keinginannya yang kecil-kecil. Begitulah hidupnya sehari-hari.
Apa yang terjadi? Tuhan memanggilnya untuk menyerahkan dirinya guna mengabdi pada Dia ... Dia yang maha kuasa ... dan Vianney menyerahkan segenap hidupnya untuk keselamatan jiwa orang-orang. Ia mau menjadi Imam.

Ketika umurnya 19 tahun, ia masuk Seminari Menengah. Karena Vianney itu murid yang tertua di Seminari menengah, maka mulai nyata bahwa Vianney agak terbelakang dalam mempelajari bahasa Latin. Ia menemui banyak kesukaran dalam mempelajari bahasa tersebut. Ia mulai membayang-bayangkan kebun ayahnya yang indah-indah, penuh dengan tumbuh-tumbuhan yang subur, yang menyegarkan mata, yang menyebabkan ia ingin menjauhi pelajaran. Ia ingin pulang ke rumah dan keladang orang tuanya.
Sedang ia mengangan-angankan ini, datanglah seorang Imam kepadanya, sambil berkata : “Kau mau jadi apa, nak?” Vianney tidak menjawab apa-apa. Lalu gurunya itu berkata : “Kalau kau mau pulang, itu berarti cita-citamu akan lenyap, Selanjutnya lebih baik kau berkata selamat tinggal Imamat! Dan selamat tinggal jiwa-jiwa manusia yang akan saya tolong.”

Perkataan ini sangat menggerakkan jiwa dan sanubari Vianney, lalu pikirnya : “Tidak, tidak ... bukan begitu. Tuhan tidak akan senang dengan kelakuanku yang begitu itu.” Ia tetap bersembahyang. Akhirnya selesai juga masa siswanya di Seminari menengah, dan melanjutkan pada Seminari Tinggi.
Kepandaiannya dibandingkan dengan teman-teman mahasiswa di Seminari, adalah amat kurang. Tetapi kelakuan, kerajinan dan ibadatnya selalu yang terbaik, sehingga ia dapat menyaingi teman-temannya dan berhasil menamatkan sekolahnya dengan baik. Waktu berumur 29 tahun ia ditahbiskan menjadi imam. Sekarang Vianney menjadi Pastor di Ars.

Ars adalah sebuah kota yang sepi, letaknya kira-kira 30 kilometer dari kota Ecully. Jalan ke Ars agak jelek. Terpaksa ia berjalan kaki ke sana. Beberapa perabot rumah, tempat tidur kayu dan buku-buku diangkut dengan sebuah pedati. Pagi-pagi benar lonceng Gereja di Ars dibunyikan, artinya ada Pastor baru yang datang. Semua orang berkata : “Kita mendapat seorang Pastor baru, lihatlah!”
Akan tetapi hati mereka kecewa ketika melihat Pastornya yang bertubuh kecil dan kurus itu.
Di kota ini banyak benar perbaikan-perbaikan dan jasa-jasanya yang dapat ditunjukkannya. Pastor Vianney adalah satu-satunya orang sosiawan yang ulung; Vianney mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, rumah piatu dan lain-lain lagi. Rumah Gereja yang telah rusak diperbaikinya. Tetapi yang termulia lagi yang diperbaikinya adalah rumah-rumah tempat Roh Kudus : yaitu Jiwa Manusia. Orang tua-muda, besar-kecil, laki-laki, wanita, yang ahlaknya mulai dan sudah agak merosot, dibawanya ke arah kebaikan hidup yang sewajarnya. Makin lama, makin banyak orang yang mau datang ke Ars, perlu mengunjungi Pastor Vianney dan mengakukan dosanya supaya diampuniNya. Setan tidak senang akan kemajuan ini!

Pada suatu malam terdengar gaduh yang amat sangat di loteng Pastoran. Pastor Vianney berkata kepada dirinya : “Apakah agaknya bunyi itu? Mungkin ada pencuri!” Juga di halaman terdengar pekik dan teriakan. “Ah, apakah gerangan bunyi-bunyian itu?” Lekas-lekas pastor pergi ke atas akan menyelidiki apakah sebenarnya telah terjadi. Ternyata tidak ada apa-apa! Mulailah ia menjadi takut untuk tinggal sendirian dalam rumah. Untuk teman, dipanggilnya Andre, anak seorang tukang kereta yang berumur 28 tahun, supaya tidur di Pastoran pada malam hari. “Aku senang datang, Pastor! Nanti kusiapkan senapanku,” kata Andre. Si Andre menceriterakan pengalamannya pada malam itu :
-Waktu sudah malam, saya menuju ke Pastoran. Pukul 10 berkatalah Pastor : “Mari kita tidur sekarang.” Aku disuruhnya tidur dalam bilik muka. Pastor tidur di bilik belakang. Tak dapat saya tidur. Perasaan saya
tidak enak. Selalu merasa gelisah, seakan-akan ada sesuatu yang akan terjadi. Memang ... betul sangkaku.

Tepat pada jam satu tengah malam, kedengaranlah olehku gaduh di pintu luar. Rupanya ada orang yang mau merusakkan kuncinya. Pintu itu dipukulnya keras-keras sehingga di dalam rumah terjadilah keributan yang bukan kepalang. Seolah-olah guruh gaduhnya, di mana-mana bunyi berderak-derik kedengaran. Kuambil senapan dan aku lari kejendela. Kubuka jendela itu ... Tak ada apa-apa. Tetapi rumah masih tetap bergerak, bergetar kira-kira seperempat jam lamanya. Kakiku pun gemetar. Hingga delapan hari kemudian seolah-olah kakiku masih terasa gemetar. Waktu kegaduhan itu mulai, Pastor memasang pelitanya. Ia datang kepadaku. “Ada mendengar apakah engkau?”katanya. “Tuan Pastor sendiri dapat menyaksikan, bahwa saya telah bangun dan memegang senapan. Rumah ini goncang, seakan-akan ada gempa bumi!”
“Kau takut?” bertanya Pastor pula. “Tidak, tetapi kurasa kakiku gemetar. Pastoran ini rupanya akan roboh. Itu mungkin setan!” Akhirnya gaduh berhenti, dan kami pun dapat tidur pula. Keesokan harinya datanglah pula Pastor katanya : “Sanggupkah lagi kau menemani saya?” Jawabku : “Saya tak sanggup lagi, tuan Pastor!”-

Begitulah Pastor Vianney tinggal sendirian dalam Pastoran dan diganggu oleh setan. Gangguan setan terhadap Pastor Vianney adalah sangat lama. Lamanya sampai 35 tahun.
Kemudian ternyata bahwa serangan-serangan setan itu menandakan bahwa ada pendosa berat yang bertobat dan akan datang mengakukan dosanya. Makin banyak pendosa yang bertobat, makin hebat gangguan setan. “Memang setan itu bodoh,’ kata Pastor Vianney, “Karena kalau ada serangan setan, aku sangat bergembira. Besok ada pula pendosa akan bertobat. Aku senang. Setan itu tentu marah! Baiklah begitu saja!”
Tiap-tiap musafir merasakan keheranan pada pertemuan yang pertama kali dengan Pastor Vianney.

Keindahan jiwanya terbayang pada roman mukanya. Keindahan itu tentu tidak kelihatan, kalau ia bukan seorang yang suci. Pastor Vianney berbadan kecil, mukanya kurus, tinggal sisa kulit pembalut tulang. Mukanya agak kuning keemasan, karena banyak duduk di tempat pengakuan; mukanya telah beralur-alur, karena hampir tak mengenal tidur. Rambutnya yang kasar disisir kebelakang, sampai jauh ke tengkuk, hampir menjadi putih semuanya. Matanya yang biru menyinarkan kegembiraan yang luhur. Penglihatannya yang terang dan tajam, seolah-olah dapat menyelami jiwa manusia. Badannya kurus kering, urat-uratnya timbul karena seringnya berpuasa. Namun sampai akhir hidupnya segala pancaindera dan kekuatannya tetap utuh sehingga sanggup menjalankan kewajibannya. Dahinya dan penglihatannya membayangkan isi jiwanya ialah kesederhanaan, perasaan halus, dan kebaikan hati.
Belum pernah terdengar bahwa Pastor Vianney melawan hukum kasih. Sifat Pastor Ars adalah luhur dan suci.

Perkataan Pastor Raymond menyaksikan banyak tentang sifat-sifatnya yang baik. Beliau berkata : “Yang sangat menggerakkan hatiku yaitu sifat Pastor Vianney terhadap puji-pujian yang terus menerus disampaikan kepadanya. Ia tetap rendah hati meskipun pujiab sebanyak itu tentu memabukkan kalau ditujukan kepada orang lain. Pastor Vianney sungguh yakin bahwa musafir-musafir yang datang ke Ars, hanya untuk melihat dia dari dekat. Meskipun demikian belum pernah saya melihat kesombongan hatinya atau mendengar perkataan yang angkuh. Katanya : aku hanya sebuah alat di tangan Tuhan.Segala pujian harus disampaikan kepadaNya, bukan kepadaku.”

Pakaian Pastor Vianney selalu sederhana tetapi bersih dan lengkap. Ia tak pernah mengenakan pakaian yang mahal. Orang pernah membelikan jas yang mahal baginya, tetapi diberikannya kepada orang miskin. Rumahnya pun bersahaja juga. Seorang yang bernama Jean Marie Chavay memberikan sepasang sepatu baru kepada Pastor Vianney. Betapa besar keheranannya melihat, banhwa Pastor itu masih memakai sepatu tua yang sudah usang. Pastor Vianney berkata : “sayang saya lupa membuang sepatu-sepatu tua itu.”
Dengan marah Chavay bertanya : “Sudahkah kau berikan yang baru itu pada orang miskin?” “Tentu saja begitu,” jawabnya dengan tenang. Pastor Ars itu pecinta orang miskin.

Lama-kelamaan ada tanda-tanda ajaib terjadi. Di antara orang-orang yang berjejal akan mengaku dosa, ada seorang suster bernama Dosithee. Ia berpenyakit paru-paru yang hebat dan menurut keputusan dokter penyakitnya tidak akan sembuh lagi dan pasti akan mati. Sebelum sampai gilirannya akan mengaku dosa, ia dipanggil oleh Pastor Vianney supaya datang lebih dahulu untuk mengaku. Ia bertanya : “Kenapa suster mau sembuh?” Suster mengatakan sebab-sebabnya. “Silahkan sekarang pergi ke Kapel St. Philomena. Mintalah kesembuhanmu disana, sedang aku akan berdoa untukmu.” Suster Dosithee pergi berdoa ke tempat itu. Setelah itu segera terasa badannya sudah sembuh kembali. Umurnya pada waktu itu baru 25 tahun. Semenjak tanda yang ajaib ini terjadi, suster Dosithee masih hidup hingga umur 89 tahun.
Tanda ajaib yang lain lagi ialah : seorang puteri bernama Claudine menjadi buta dan tuli karena demam otak. Anak yang malang ini tidak dikenal oleh Pastor Vianney. Ia berdiri dengan orang banyak di muka Gereja.

Waktu itu Pastor Vianney lalu kesitu. Waktu beliau lihat anak itu, dipegangnya tangan anak itu disuruh mengaku dosa. Baru saja menerima berkat Imam, maka mata gadis itu mulai terbuka dan telinganya mulai mendengar seperti dahulu. Disangkanya bahwa ia baru sadar dari mimpi yang panjang. Setelah pengakuan dosa selesai, Pastor Vianney bernubuat : “Matamu telah sembuh.” “Tetapi kau akan menjadi tuli pula selama 12 tahun lamanya. Inilah kehendak Tuhan.” Claudine meninggalkan tempat pengakuan. Telinganya mulai tertutup lagi dan tak mendengar apa-apa lagi.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Februari 1850. Tepat 12 tahun kemudian ia sembuh.
Masih banyak tanda ajaib yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, atas permintaan Pastor Vianney.
Pastor Vianney menjadi tua. Sebenarnya badannya sudah lemah sebab hampir mendekati ajalnya. Namun, kebiasan-kebiasannya dipertahankanny. Berpuasa, tidur sedikit, tempat tidurnya keras. Meskipun sudah lelah, masih juga tetap mendengar pengakuan dosa pada waktu-waktu tertentu. Kelemahan, kelelahan dan keletihan badannya karena sudah tua tidak terlihat oleh orang banyak yang berziarah ke Ars.
Perayaan hari Paskah 24 April 1858, Pastor Ars dikerumuni oleh orang-orang Katolik Paroki, tua-muda, besar-kecil. “Anak-anakku, betapa indahnya pekerjaan kita. Kita sekalian telah memenuhi kewajiban kita dalam Gereja. Tuhan mendapat rumah dalam hatimu. Tidak lama lagi rumah Gereja baru, yang kamu usahakan bagiNya selesai. Tuhan minta, kamu harus memberikan. Kalau aku minta apa-apa, kamu memberikan juga. Kuucapkan terima kasih. Masih ada orang-orang berdosa di paroki kita. Tetapi aku pergi supaya orang lain dapat menjadikan mereka bertobat.!” Inilah kata-kata perpisahan Pastor Vianney yang mengetahui bahwa ajalnya makin dekat.

Sejak hari Jumat 29 Juni 1859 Pastor Vianney merasa sakit. Keluar dari Gereja dan Pulang ke Pastoran harus dituntun. “Pastor yang suci!” kata mereka itu kepada yang lain.
Tengah malam Pastor Vianney jatuh sakit payah. “Inilah saat kematianku; panggil Imam pengakuanku!” katanya.

Pada keesokan harinya pagi-pagi benar, dokter didatangkan. Sudah terlamapu lemahnya. Tak dapat lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan. “Kalau panas hari ini berkurang, masih ada harapan; kalau panasnya tidak turun kita akan kehilangan Saudara Vianney. Masih banyak orang-orang musafir datang berduyun-duyun ke Pastoran Ars.

Betapa kesal hatinya mendengar Pastor Vianney sakit dan tak akan kelihatan hari itu Hanya beberapa orang yang diizinkan olehPastor Vianney untuk mengaku dosa di kamar tidur. Hari Sabtu keesokan harinya, makin banyak juga orang yang mencari Pastor Vianney untuk mengaku dosa. Seluruh penduduk kota Ars mengusahakan sedapat mungkin dengan jalan apapun supaya Pastornya tercinta dapat sembuh. Ada yang berembahyang, ada yang menyejukkan hawa di Pastoran. Ia menerima sakramen-sakramen terakhir. Betapa baik Tuhan; kalau manusia tak dapat pergi kepadaNya, maka Ia sendiri datang kepada kita.

Hari Kamis 4 Juli. Hari sudah jauh malam. Imam muda bernama Monnin membaca doa untuk orang yang akan mati. “Semoga Malaikat-Malaikat datang menyongsong dia dan menghantarkannya ke Jerusalem yang kekal.” Dengan ucapan doa itu sampailah ajalnya. Jiwa Joanes Maria Vianney meninggalkan badannya yang sudah tua, kembali kepada Tuhan. Pada saat itu ribut dan hujan lebat memecah diangkasa kota Ars.

0 comments to JOANES MARIA VIANNEY (JOHANNES MARIA VIANNEY) – Pastor Suci dari Ars

Post a Comment